Hikayat menceritakan, manusia terlahir dari
dosa. Tanpa dosa manusia hanyalah keberadaan tanpa bentuk. Akibat dosa, bumi
terisi. Sebab dari dosa, manusia beranak pinak.
Dari perspektif demikian, dosa bisa menjadi
awal mula. Bila tuhan memulai dirinya dengan sabda, maka manusia memulai
dirinya dari dosa.
Dalam sejarah Ibrahimik misalnya, dosa adalah
suatu permulaan untuk membangun kehidupan yang baru. Yesus dengan keutamaan
pribadinya adalah sejarah di mana dirinya menjadi nampan seluruh dosa bagi umat
manusia. Melalui penebusannya, tragedi yang menghentak kesadaran itu membuat
manusia harus membangun kehidupannya lewat narasi yang telah di mulai Yesus.
Tapi jauh di masa itu, ketika sejarah belum
bermula, justru penciptaan di mulai dari dialog tentang dosa.
Di islam, peristiwa itu direkam dalam teks
suci. Bahkan salah satu malaikat memulainya dengan kesangsian terhadap
perbuatan tuhan tentang Adam. Keraguan yang ditunjukan oleh malaikat di dalam
peristiwa itu seharusnya adalah ungkapan yang tak layak di ajukan, sebab
itu penanda awal mula penolakan. Dari dialog malaikat dengan tuhan dalam
peristiwa itu, apa yang di alami malaikat adalah dosa yang terselubung, sebab
keraguan adalah asal muasal penolakan. Di peristiwa itu malaikat bisa saja
meragukan, tapi ia tak mengambil suatu sikap untuk mengingkari.
Namun, dosa paling purba dan dikenal dari sejarah penciptaan
adalah seperti yang diperankan sang Iblis. Kesangsian yang diperlihatkannya
tidak sama seperti yang ditunjukkan malaikat. Kesangsian sang iblis adalah
kesangsian pasca penciptaan. Dari peristiwa itu, seperti yang ditulis teks,
sang Iblis menyangsikan dua hal; penciptaan manusia dan keunggulan Adam.
Pertama sang iblis mengingkari peristiwa penciptaan yang telah terjadi, dan
kedua adalah prosesi penghormatan kepada mahluk yang bernama Adam.
Ditingkatan pertama, yang menyebabkan dosa
Iblis menjadi berbeda dari malaikat, adalah kesangsian dari peristiwa yang
telah terjadi. Dosa Iblis berarti dosa terhadap kemampuan tuhan yang
telah fixed. Suatu dosa dari apa yang telah betulbetul tampak.
Barangkali karena inilah mengapa kesombongan adalah dosa yang paling besar,
sebab kesombongan kerap dialami tepat ketika penolakan terhadap suatu ihwal
benarbenar tampak benderang dihadapan kesadaran manusia.
Yang ke dua adalah penghormatan kepada
keunggulan Adam. Di peristiwa ini sang Iblis punya kesan yang dilematis. Dilema
yang pertama dari ukuran waktu, Iblis sebelumnya adalah mahluk yang beriburibu
tahun menyembah tuhan tanpa pernah sekalipun mangkir. Dilema yang kedua yakni,
perintah tuhan untuk tunduk kepada Adam adalah suatu tindakan yang merendahkan,
atas dasar Adam adalah mahluk yang tidak ada apaapanya dari ukuran penyembahan
Iblis terhadap tuhan selama beriburibu tahun. Atas dilema ini, sang Iblis memilih
menolak perintah tunduk kepada Adam. Baginya hanya satu yang layak mendapat
penghormatan, yakni tuhan itu sendiri.
Akhirnya dari dilema itulah lahir dosa
pertama pasca penciptaan. Dan bermula dari dialog Iblis dan tuhan yang di rekam
dalam teks, manusia diciptakan.
Selain sejarah manusia yang memulai dari
dosa, barangkali dosa selalu bermula dari dilema. Melalui dilema, manusia
memasuki ruang kesadaran yang samarsamar terhadap suatu keputusan. Tanpa dilema
suatu keputusan kehilangan suatu bobot. Artinya pasca dilema, suatu
keputusan adalah suatu tindakan yang telah jernih ditimbang. Suatu pilihan yang
telah melewati berbagai macam perhitungan. Tapi suatu timbangan yang tak
matanglah asal mula dari suatu dosa.
Tapi memang manusia adalah mahluk dengan
dilema. Atau berarti manusia adalah mahluk yang dekat dari dosa. Sebagaimana
betapa dekatnya narasi tentang dosa di awal penciptaan manusia. Itu berarti
betapa akrabnya manusia dengan dosa, sampai akhirnya dosa merupakan takdir yang
sedari awal dipunyai manusia.
Dan keakraban dosa dengan manusia biasa
ditunjukkan salah satunya, di tempattempat dilema besar berada. Misalnya, di
kantor tuantuan pejabat mengambil keputusan; di sana banyak dilema dan
keputusan menyangkut orang banyak diputuskan, dan seringkali berubah jadi dosa
atau seringkali aib. Dan dosa yang lahir dari dilema yang tak matang seringkali
adalah korupsi; mencuri, mengkhianati dan melencengi amanah. Sebab itulah barangkali korupsi adalah dosa yang besar, sebab
pertama menyangkut pencurian hak orang banyak dan kedua adalah dampaknya yang
sistemik.
Namun di luar dari tempattempat semacam itu,
dilema tak saja berpusat di tempat kekuasaan berada. Dilema juga banyak
bersarang pada orangorang dengan dosa kecil, yakni orangorang di luar
kekuasaan itu sendiri; mereka yang tak pernah mengambil keputusan tentang
banyak orang, tapi kebanyakan dari orangorang semacam ini adalah mereka yang sombong membiarkan suatu keputusan berlangsung tanpa
diintrupsi. Barangkali!