Hegemoni sebagai suatu ide
berasal dari bahasa Yunani purba eugemonia yang merujuk
pada kekuasaan negara-negara besar yang menguasai keadaan negara-negara
disekitarnya dengan dominasi posisi. Dalam Prakteknya, kekuasaan atasa negara
di contohkan oleh negara Athena dan Sparta pada masa Yunani purba.
Sebagai suatu istilah,
hegemoni diperkenalkan Antonio Gramsci, seorang pemikir marxis Itali untuk
merujuk pada keadaan kekuasaan kaum dominan yang menguasai kesadaran masyarakat
dengan cara-cara non kekerasan.
Batas-batas ide: dari
defenisi yang diberikan Gramsci, hegemoni berarti sebuah pandangan hidup dan
cara berpikir yang dominan, yang di dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan
disebarluaskan dalam masyarakat baik secara institusional maupun perorangan;
(ideologi) mendiktekan seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip
religius dan politik, serta seluruh hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam
makna intelektual dan moral.
Hegemoni dalam penggunaan
konseptualnya mengarahkan penggunannya untuk melihat gejala penggunaan
kekuasaan dalam negara dengan segala instrument kekuasaan berupa institusi,
kebijakan, aturan dan praktiknya dalam mempengaruhi masyarakat.
Hegemoni sebagai konsep
adalah konsep atribut yang menerangkan ciri-ciri praktik kekuasaan baik negara
ataupun di dalam institusi-institusi lainnya.
Tiga skala tingkatan
hegemoni menurut Gramsci. Pertama, hegemoni integral (total): ditandai
dengan afiliasi massa yang mendekati totalitas. Dalam situasi ini, kekuasaan
sangat dominan dalam mendikte seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip
religius dan politik, serta seluruh hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam
makna intelektual dan moral.
Contoh keadaan ini adalah
ketika eksternalitas gereja yang dominan dalam menguasai masyarakat abad
pertehangan dengan kepemimpinan religius.
Kedua,
hegemoni yang merosot (decadent): dekaden hegemoni adalah keadaan kekuasaan negara yang tidak
sepenuhnya dapat menguasai secara total objek hegemoni, oleh karena adanya
perlawanan-perlawanan dari pihak-pihak yang memiliki pemikiran yang tak selaras
dengan subjek hegemoni. Dalam konteks pudarnya ikatan politik dan
kekuasaan negara, lepasnya Timor-Timur dari NKRI merupakan salah satu contoh
untuk model ini.
Ketiga, hegemoni minimum: hegemoni bersandar pada kesatuan ideologis antara kaum elit ekonomis, politik dan intelektual yang berlangsung bersamaan dengan keengganan terhadap setiap campur tanganmassadalam hidup bernegara. Dengan demikian kelompok-kelompok hegemoni tidak mau menyesuaikan kepentingan dan aspirasi-aspirasi mereka dengan klas lain dalam masyarakat. mereka malah mempertahankan peraturan melalui transformasi penyatuan para pemimpin budaya, politik, sosial maupun ekonomi yang secara potensial bertentangan dengan “negara baru” yang dicita-citakan oleh kelompok hegemonis.
Ketiga, hegemoni minimum: hegemoni bersandar pada kesatuan ideologis antara kaum elit ekonomis, politik dan intelektual yang berlangsung bersamaan dengan keengganan terhadap setiap campur tanganmassadalam hidup bernegara. Dengan demikian kelompok-kelompok hegemoni tidak mau menyesuaikan kepentingan dan aspirasi-aspirasi mereka dengan klas lain dalam masyarakat. mereka malah mempertahankan peraturan melalui transformasi penyatuan para pemimpin budaya, politik, sosial maupun ekonomi yang secara potensial bertentangan dengan “negara baru” yang dicita-citakan oleh kelompok hegemonis.