Madah oh madah.. Mungkinkah sesuatu itu berasal dari alam yang sebenarnya
tiada?
Banyak kisah bermula dari sana, dari apa yang kita sebut legenda ataupun
mitos, bahkan Agama sekalipun; awal mula semesta alam adalah sabda. Diyakini
bahwa dari sana bermulanya segala sesuatu. Setidaknya harus ada penjelasan yang
menetapkan sebab dari awal segala sesuatu. Dimana ketika sebab mulai merunut
kejadiankejadian, barangkali pada peritiwa itulah kita mengenal situasi yang
menyertakan waktu. Dan di sanalah alaf ruang berima serta waktu dalam membentuk
sejarah.
Seperti dirimu, awal mulanya adalah
penggalpengal kata. Yang dalam runutannya ada rentang yang mesti kau lewati.
Diantara yang silih datang dan pergi. Diantara perulangan putaran waktu, ketika
peristiwa kerap kali menjadi suatu yang penting.
Dan memang sejarah adalah
gores panjang yang merunut kejadian dengan toreh pesanpesan pada pinggiran
untuk memberikan asumsi dari apa yang bisa kita terima. Engkau kerap muncul
diantara peristiwa dari yang datang dan pergi.
Di tengahtengah itulah engkau
muncul untuk kunamai. Engkau ada ditengah titianmangsa yang kerap berlalu
begitu saja. Tanpa embelembel, tanpa ada niat, kunamai engkau Madah. Engkau
keluar begitu saja. Sebuah nama yang belakangan saya tahu artinya bermakna
“pesan”.
Semenjak kemunculanmu, ada kehendak untuk menyempurnakanmu dalam cerita yang
kubentuk lengkap menyerupai pahatan patung yang sudah jadi. Setidaknya semenjak
kehadiranmu, engkau diniatkan untuk tak berumur panjang.
Dalam satsra, ceritera
yang demikian dikenal dengan akronim cerpen. Sebuah cerita yang tak terbilang
untuk panjangpanjang, sebab engkau memang diniatkan demikian. Namun barangkali
sebuah ceritera kadangkala menghendaki yang lain, selagi engkau tak pupus dalam
ide seorang penulis. Engkau dalam kepalaku menuntut untuk menyusun gugus
ceritera. Dan di sinilah masalahnya, engkau menjadi tokoh yang ingin hidup
panjang dalam ruang pikiranku.
Sehingga terbesitlah ide itu. Ide yang mayangmayang tersimpan dalam
kehendakku untuk mejadikanmu sebuah cerita yang panjang, sebuah novel. Maka
mulailah kutetapkan settingan kehidupan untukmu. Tetapi merunut
kejadiankeajadian jauh lebih sulit jika hendak dikalimatisasikan dalam bentuk
yang hendak paripurna. Sebab mengkalimatisasi sebuah peristiwa yang
panjang sama halnya memasuki sebuah dunia yang begitu menghendaki konstruksi yang
kuat.
Dan juga menulis sebuah novel sama halnya membangun dunia yang
sungguh berbeda, oleh karena ia berurusan dengan sesuatu yang khayali; imagi.
Dan yang khayal adalah seperti benda yang begitu halus, cair dan tak padat;
sesuatu yang tak terikat bentuk yang pasti; sesuatu yang kesannya berubahubah.
Tahukah engkau Madah, tentang konstruksi yang berdiri di atas pasir?
Sastra adalah semua buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang benar dan
kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keluasan pandangan dan bentuk yang
mempesona. Setidaknya itu kalimat pengertian yang saya pahami tentang
sastra.
Namun, diluar sana kita tak tahu kapan sebuah pesan akan tersampaikan.
Sebuah dunia objektiv sedang dalam kondisinya yang penuh represif,
ketidakadilan, dan dunia yang hierarkis. Yang semuanya sedang dalam genggaman
entah oleh elit kuasa. Satusatunya alasan aku menghidupkanmu adalah apa yang
tidak jauh dari niatku; menulis adalah membangun dunia.