mengapa menulis

Pada awalnya adalah sabda. Tertulis demikian dalam salah satu ayat kitab kristiani. Mulanya adalah sabda tuhan, kemudian tercipta segalanya.

Dalam perdebatan ilmu kalam islam; apakah sabda (wahyu) adalah awal mulanya sesuatu ataukah tuhan dengan dirinya sendiri yang menjadi permulaan? Sebab ada titik yang kronik, dimana sabda tuhan adalah  bagian diri dari tuhan ataukah dia ciptaan yang keluar dari keberadaannya?

Namun, satu hal yang pasti. Yang namanya sabda, ‘ucapan’ tuhan, dalam agamaagama manusia adalah pendulum dari iman atas keberadaan.

Pada titik ini, ‘ucapan’ tuhan yang telah menjadi teks suci adalah turbelensi yang mengendap dan tumbuh pada hidupmati manusia. Ketika dimana wahyu yang terendap dalam teks merupakan salah satu cara tuhan membangun komunikasi dengan mahluknya.

Pada situasi demikian, wahyu yang menyejarah dalam naik turun hidup manusia, menjadi teks yang hendak meluruskan kondisi umat manusia. Sebab, disuatu waktu, pada kitabnya, dimana para malaikat sempat sanksi; apakah tuhan akan mencipta satu jenis mahluk yang saling menumpahkan darah, maka tuhan menjawab; sesungguhnya aku lebih tahu dari apa yang kalian tak ketahui.

Maka, dari untuk menjaga sejarah manusia tidak saling menumpah darah, tuhan pencipta berbahasa. Wahyu adalah caranya.

***

Disuatu waktu saya sempat diberikan pertanyaan. Mengapa harus menulis? Kirakira seperti itu ilustrasi yang terjadi. Pada saat ketika berbincang, saya menjawab; menulis itu cara kita berada. Kita berada lewat dua hal, kata dan tulisan. Lewat kata dan tulisan kita sebenaranya sedang membangun dunia. Yang mana, pada dunia yang hendak kita dirikan adalah tempat yang memberikan kita suasana yang merdeka untuk berkreasi. Seperti tuhan, menulis adalah mencipta dunia. Dengan kuasa, dengan tangan sendiri.

Dan sepertinya, dunia hari ini, hidup yang kita jalani adalah hasil tangantangan kecil tuhan. Sejarah maupun peradaban adalah ilustrasi agung yang bisa kita cerap bahwa dunia sebenarnya dibangun dari kekuatan kata dan tulisan. Dimana dari sana, pemikiran bisa disemai, dibentuk, dirubuhkan, ditata kembali dan begitu seterusnya dalam seluruh sikap hidup kita.

Sehingga konon katanya, sejarah manusia dibentuk dari tulisan yang menyejarah.  Dan tak bisa kita tolak, kemajuan peradaban manusia adalah kemajuan budaya tulisannya. Dari tahun gua sampai tahun bawah tanah; tradisi tulisan adalah unsur dasar dari kemajuan sejarah manusia. Sehingga sejarah sebenarnya adalah sejarah teks.