Entah seberapa jauh kita mengingat masa-masa di mana
kita kecil? Mungkin banyak yang terlupakan, tetapi bisa jadi tidak sedikit yang
masih tersimpan. Ingatan punya aturannya sendiri; tentang apa yang layak
tersimpan dan apa yang mesti kita lupakan, sebab ingatan di waktu tertentu punya
masa-masa ia datang kembali; menemukan gejala yang menghubungkan akan dua
peristiwa, di mana masa lalu bisa kita rasakan pada masa sekarang yang punya
kemiripan. Karena perihal ini, maka terkadang ingatan bisa menjadi hal yang
perlu diatur, apalagi menyangkut ingatan orang banyak. Di mana ingatan bisa
mendatangkan isyarat apa yang patut dan yang harus dibuang jauh-jauh. Maka bisa
saja ingatan kehilangan tentang apa yang sepantasnya diingat, tak terkecuali
masa kita anak-anak.
Ingatan bisa jadi hal yang memupuk harapan atau
sebaliknya?
Harapan?...bisa dikata sejenis utopia; sesuatu tempat
yang menempatkan cita-cita yang ideal di dalamnya. Atau sesuatu yang tinggi
tempatnya, perihal akan segala sesuatu yang menjadi perlawanan dari kehidupan
“bawah” yang serba tak berkecukupan, tak lengkap, tak utuh, tak genap, atau sejenisnya
dan sejenisnya: atau bisa dikata sesuatu yang sempurna.
Yang mana keberadaannya melampaui jenis kehidupan yang
dipredikatkan oleh label yang tak sempurna, kehidupan manusia yang terapit
serba katakcukupan. Lantas bisakah ia menjadi hal yang benar-benar dirasakan,
sesuatu yang betul-betul dialami, yang mana “keseluruhan” dari diri kita
betul-betul identik pada apa yang kita harapkan.